Di blog sebelumnya, kami sudah membahas tentang bagaimana sistem pekerjaan Work From Home (WFH) dapat dilakukan. Setelah pembacaan lebih lanjut, kami merasa ada perlu juga untuk membahas topik ini lebih lanjut. Kami merasa bahwa topik produktif di tengah pandemi akan tetap berlanjut karena dilaporkan banyak negara yang melaporkan kasus Gelombang Kedua dari Pandemi COVID-19. Kita tidak akan tahu kapan PSBB akan kembali berlanjut di Indonesia. Maka dari itu, berikut adalah Tips dan Trik untuk tetap Produktif di tengah pandemi.
*Baca juga tentang bagaimana sistem pekerjaan Work From Home (WFH) dapat dilakukan.
Hal lama yang menjadi baru.
Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, sebenarnya Work From Home (WFH) bukanlah hal yang baru.
Walau tidak selalu, hampir semua pekerja lepas (Freelance) bekerja dari rumah. Seperti yang kita tahu, pekerja lepas (freelancer) adalah sebuah pekerjaan yang masih belum terlalu lazim (terutama di Indonesia), namun mulai berekembang dengan pesat. Dari data dari BPS Mei 2019, basis angkatan kerja Indonesia tersedia sebanyak 136,18 juta orang, dengan rincian sebanyak 129,36 juta orang memiliki pekerjaan. Dari angka tersebut, Majalah Tempo memperkirakan freelance mengambil porsi 4,55 persen atau sekitar 5,89 juta orang. Berdasarkan data dari Sribulancer, riset menyatakan angka freelancer di Indonesia tahun 2019 meningkat 16% dibanding tahun 2018 lalu.
Walau sekarang ini banyak yang berupa korporat, para pembuat konten (Content Creator) mandiri masih banyak yang bekerja di rumah. Hal ini paling banyak dilihat di media sosial yang ada dalam kategori social publishing seperti YouTube dan Instagram. Pembuat konten independen seperti Arief Muhammad dan SkinnyIndonesian24 bekerja dan menghasilkan uang dengan bekerja dari rumah. Salah satu video dari Vanity Fair menjelaskan kehidupan sehari dari salah satu pencipta konten YouTube. Hal yang menarik dari video tersebut adalah:
- Ia menjelaskan bagaimana ia menjadwalkan kehidupannya sehari – hari
- Video tersebut ditayangkan di tanggal 30 April 2020, tepat ditengah pandemi COVID-19 di Indonesia.
Dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa sistem Work From Home (WFH) bukanlah hal yang baru. Namun, hal ini lama ini menjadi baru karena, pekerjaan tipe seperti ini masih belum banyak lazim. Saat seseorang berkata bekerja, yang muncul di otak kebanyakan orang adalah tentang “bekerja di kantor”. Padahal sebenarnya, bekerja di rumah adalah sebuah hal yang sudah ada lama.
Jadi, trend Work From Home (WFH) bisa dikatakan sebagai hal lama yang menjadi baru.
Produktif di tengah pandemi
Menurut data blog.rescuetime.com, hampir 75% orang masih mengatakan mereka mencapai akhir hari kerja dan bertanya-tanya “apakah saya mencapai sesuatu hari ini?”. Di satu sisi, ada banyak artikel di luar sana yang mengklaim mengetahui rahasia bagaimana menjadi lebih produktif. Di saat anda merasa bahwa anda kurang produktif di rumah, percayalah bahwa anda sudah melakukan dengan cukup.. Produktivitas di tempat kerja benar-benar diturunkan hanya ke satu aturan sederhana: “Luangkan lebih banyak waktu untuk pekerjaan yang tepat.” Mengutip dari Peter Ducker tentang produktifitas:
Tidak ada hal yang lebih sia – sia, dari pada melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan secara efisien.
Dari data yang sama, pekerja jarak jauh mengalami peningkatan 4% dalam rata-rata waktu harian yang dihabiskan untuk pekerjaan inti mereka dan penurunan 18% dalam waktu yang dihabiskan untuk komunikasi (dibandingkan dengan pekerja kantor).
*Baca juga artikel kami tentang bagaimana bekerja dari rumah!
Pengorbanan Mental.
Banyak artikel juga mengatakan bahwa Work From Home (WFH) memiliki kendalanya tersendiri, terutama pengorbanan Mental yang harus dilakukan. Hal ini tidak salah. Dr. Ryan Hooper berkata bahwa bagi sebagian orang, bekerja dari rumah dapat membahayakan kesehatan mental mereka, menyebabkan perasaan terisolasi dan terputus.
“Bagi sebagian orang, umpan balik dan dorongan dari lingkungan kerja sangat penting untuk pekerjaan mereka,” jelas Hooper.
Garis antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan rumah bisa menjadi kabur. Hal ini memicu keseimbangan waktu yang rentan terjadi. Kadang kita terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, dari pada untuk keluarga, dan sebaliknya. Jane Scudder menambahkan bahwa “bekerja dari jarak jauh menciptakan tekanan unik untuk terlihat sibuk”. Dengan kita tidak ada di kantor, adanya tekanan untuk online setiap jam dan membuktikan bahwa waktu digunakan produktif.
Dari 1.500 orang yang mencari konseling lewat telepon atau online di MindPeers, 57% mengalami stres terkait dengan pekerjaan dan karier. Sebagian besar kasus ini berada di kelompok usia 18-35. Sebagian besar dari mereka yang berada dalam kelompok milenial datang ke depan untuk berbicara tentang bagaimana pekerjaan dari rumah mempengaruhi kehidupan pribadi mereka, bahwa tidak ada waktu mulai dan berhenti.
Melansir CDC, seseorang yang mengalami stres berlebih akibat pandemi akan merasa cemas akan kesehatannya, perubahan jadwal dan susah tidur, sulit konsentrasi, dan penurunan kondisi tubuh, baik fisik maupun mental. Berdasarkan artikel yang dirilis The Lancet, mayoritas hasil studi mengenai karantina menunjukkan efek yang sama, yaitu rasa tidak pasti, marah, dan post traumatic stress disorder (PTSD).
Tips dan Trik
Terlepas dari dampak dan konsekuensi-nya, mau tidak mau kita dipaksa untuk bekerja dari rumah. Tidak ada formula sempurna untuk mencari tahu apakah Wok From Home (WFH) akan berfungsi secara individu. Bagaimana seseorang akan merespons lingkungan kerja jarak jauh sepenuhnya tergantung pada kebutuhan dan pemicu individu.
Setelah banyak membaca artikel, kami menemukan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu produktivitas dan kinerja dalam Work From Home (WFH) sambil mempertahankan keadaan mental di tengah bekerja.
Area bekerja
Kami tidak bisa memberikan penekanan yang cukup terhadap hal ini: siapkan area kerja yang nyaman dan produktif. Setelah membaca banyak artikel yang membahas tentang hal yang sama, kami dapat mengatakan beberapa hal yang perlu digarisbawahi:
- Siapkan ruangan yang terkena sinar alami (matahari), tertutup dari suara mengganggu, dan privasi yang terjaga.
- Posisi-kan diri senyaman mungkin. Blog dari RSUP Sardjito memberikan banyak masukan tentang posisi bekerja yang ergonomik.
- Bersihkan meja. Tumpukan dokumen tidak akan terselesaikan apabila tidak disusun dengan rapih.
- Berikan penerangan yang cukup di area kerja, untuk mempermudah mata dalam melihat dan mengurangi kelelahan.
Jadwal
Penelitian berkata bahwa pekerjaan yang didasari oleh waktu lebih produktif 500% dari pada multitasking dan/atau diganggu.
Salah satu masalah utama dalam bekerja di rumah adalah perbedaan antara jam kerja dan jam pribadi. Menjawab permasalahan ini, ada baiknya menjadwalkan diri. Jadwal tersebut menjadi sebuah panduan kapan waktu untuk bekerja dan kapan waktu untuk pribadi.
Anda juga perlu melindungi waktu ini sebanyak mungkin. Itu berarti membiarkan tim Anda tahu Anda tidak akan tersedia atau online. Ini juga berarti memastikan Anda tidak terjebak dalam “gangguan internal” seperti memeriksa media sosial atau berita.
Tujuan dan sasaran
Pecahkan tujuan dan sasaran setiap minggunya menjadi lebih kecil. Tujuan yang lebih kecil lebih mudah untuk memulai dan bertahan. Setiap kali otak Anda mencoret sesuatu dari daftar, Anda mendapat dopamine. Semakin sering Anda melakukan hal ini, semakin besar kemungkinan Anda mengikuti tujuan Anda dan tidak menunda-nunda.
Konsultan dan penulis John Brubaker mengatakan, “langkah kecil” ini membantu membangun efikasi diri kita — kepercayaan kita pada kemampuan kita sendiri. Kemampuan seseorang meningkat atau menurun disebabkan kemampuan kita melakukan kemajuan. Jadi, mengecek setiap bagian kecil dari tujuan Anda membuat Anda merasa lebih percaya diri dengan kemampuan Anda sendiri, dan dengan demikian lebih bahagia dan termotivasi.
Istirahat dan Bosan
Lucu, saat kita berbicara istirahat, kita akan selalu mengarah dengan melakukan hal yang disenangi, bukan bosan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa secara aktif mencari sedikit kebosanan dapat membantu kita mempersiapkan hari yang produktif.
Ketika pikiran Anda mengembara karena bosan, Anda sebenarnya terlibat dalam sesuatu yang dikenal sebagai inkubasi. Ini adalah salah satu blok bangunan pemikiran kreatif karena memungkinkan ide-ide yang sebelumnya terputus untuk bersatu dan membentuk pemikiran baru, penemuan, atau solusi untuk masalah.
Biarkan diri untuk berkhayal dan beristirahat. Seperti kata Psikolog Texas A&M University Heather Lench menjelaskan:
“Kebosanan menjadi kondisi pencarian. Apa yang Anda lakukan sekarang tidak memuaskan. Jadi Anda mencari, Anda terlibat.”
Akhir Kata
Terlepas dari semua penelitian, penelitian, dan bukti anekdotal yang diberikan, masih belum ada jawaban yang mudah untuk menjadi lebih produktif di tengah pandemi dan dalam kehidupan secara general. Menemukan apa yang cocok untuk Anda memerlukan eksperimen. Dan hanya sekali Anda berpikir Anda sudah menyelesaikan semuanya, sesuatu muncul dan membuat Anda memikirkan kembali semuanya.
Semoga Berhasil!
*Apabila anda mulai tertarik untuk Work From Home (WFH), ayo cari pekerjaan idamanmu di Jobsrefer. Disini, kalian bisa mendapatkan pekerjaan terbaik yang kalian inginkan. Kalian juga dapat merekomendasikan pekerjaan ke teman, dan berpotensi mendapatkan uang saku tambahan.
*Seperti data sebelumnya, pekerja lepas bisa jauh lebih produktif dan lebih efisien. Ayo rekrut pekerja – pekerja lepas untuk posisi terbaik di tim anda disini!
[…] ini terlebih penting adalah pada saat sebuah pekerjaan sudah lebih penting dari kehidupan personal. Pengorbanan mental adalah hal yang tidak bisa diabaikan. Dari 1.500 orang yang mencari konseling lewat telepon atau online di MindPeers, 57% […]