Melamar Kerja: Dokumen Bukan Segalanya dalam Menilai Calon Pekerja.

0
968
Dokumen bukan segalanya dalam Melamar Kerja

Proses melamar kerja adalah sebuah pedang bermata dua. Baik dilihat dari proses pelamar dan yang melamar, keduanya memiliki tantangan tersendiri. Salah satu bagian tersulit dalam proses melamar kerja adalah perihal validasi. Jujur, kadang HRD perusahaan melakukan penilaian yang kurang tepat terhadap pelamar kerja, di sisi lain, pelamar kerja terlalu menjual / tidak berniat banyak dalam melamar. Namun pada realitanya, dokumen bukan segalanya dalam menilai calon pekerja. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam melamar kerja.

Melamar Kerja

Dalam melamar kerja, banyak orang (terlebih millennial), terkesan tidak tahu apa – apa tentang bagaimana seharusnya mencari kerja. Mungkin, pada generasi sebelumnya, cara melamar kerja dengan mengirim CV melalui sistem, menyebar CV, dan lain sebagainya adalah cara yang tepat. Tapi seiring bertambahnya jumlah applicants dan munculnya beragam channelrecruiters atau employers juga semakin kebanjiran aplikasi pekerjaan. Terdapat beberapa hal yang menjadi alasan bagi karyawan untuk mundur dari perusahaan.

Di satu sisi, Menurut Harvard Business Review, 95% lowongan pekerjaan ada untuk mengisi posisi yang kosong, yang disebabkan oleh pengunduran sukarela. Data LinkedIn menunjukkan bahwa alasan paling umum yang digunakan karyawan untuk mundur dan mengambil posisi di tempat lain adalah peningkatan karier — yang tentunya terkait dengan pemberi kerja yang tidak mempromosikan untuk mengisi lowongan.

Hal yang dapat dilakukan dalam situasi ini adalah: mencari jalan tengah. Pelamar kerja harus tahu bagaimana cara bermain dengan cerdas”. Pihak yang melamar juga perlu cerdas dalam menilai pelamar kerja, bukan hanya dengan dokumen semata.

Dokumen bukan segalanya

Memang, bagi para pelamar kerja, Rseume, CV dan Cover Letter adalah cara pelamar untuk menjual dirinya dalam melamar kerja. Terlebih di Indonesia, ketiga hal tersebut adalah hal yang diminta secara bersamaan oleh perusahaan dalam merekrut karyawan. Namun, perlu diketahui bahwa dokumen tersebut bukan segalanya dalam melamar kerja. Banyak hal yang dapat menjadi konsiderasi dalam proses pelamaran kerja. Dokumen yang dimiliki terkadang tidak mencerminkan apa yang ada pada pelamar kerja. Banyak pelamar yang bersungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan tetapi kurang dipertimbangkan oleh perusahaan karena terdapat kandidat dengan kualifikasi lebih sesuai (dari kertas) dalam menempati posisi yang kosong.

Salah satu saluran yang paling populer untuk menemukan karyawan baru adalah melalui referensi karyawan; hingga 48% berasal dari mereka, menurut penelitian LinkedIn. Penelitian oleh Emilio Castilla dan rekannya menemukan bahwa ketika rujukan bekerja lebih baik daripada karyawan lain, itu karena rujukan mereka merawat mereka dan pada dasarnya bersama mereka (karyawan lain).

Menilai Calon Pekerja

Sebuah fakta yang menarik, hanya 40% perusahaan yang melakukan tes keterampilan atau kemampuan umum, termasuk IQ untuk calon pengusahanya. Apa yang malah mereka lakukan? 74% melakukan tes narkoba, termasuk untuk penggunaan ganja.

Para pelamar pasti akan mempersiapkan dirinya dalam melalui proses perekrutan oleh perusahaan yang dilamar. Sedangkan bagi perusahaan oleh Divisi HRD akan menilai para pelamar kerja. Penilaian oleh setiap perusahaan kepada pelamar kerja berbeda-beda tergantung pada ketetapan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Hal ini dapat berupa Psikotes, Ujian tertulis, wawancara, dan lain lain. Namun, melakukan tes tidaklah cukup.

Ekonom Mitchell Hoffman, Lisa B. Kahn, dan Danielle Li menemukan bahwa bahkan ketika perusahaan melakukan tes dasar, manajer HRD sering mengabaikan mereka — dan ketika mereka melakukannya, mereka mendapatkan pekerja yang lebih buruk. Psikolog Nathan Kuncel dan koleganya menemukan bahwa bahkan ketika manajer HRD menggunakan kriteria dan tes objektif, menerapkan bobot dan penilaian mereka sendiri untuk kriteria tersebut membuat mereka memilih kandidat yang lebih buruk daripada jika mereka menggunakan formula standar.

Kandidat yang memiliki banyak pengalaman adalah sebuah hal yang sangat menggiurkan. Banyaknya pengalaman menjadi poin tambah bagi kandidat dalam melamar kerja, dimana dalam merekrut karyawan perusahaan akan melihat pengalaman perekrut tersebut baik dibidang yang dilamar atau dibidang lainnya. Memang, hal yang tidak bisa dibeli adalah pengalaman dan waktu. Banyak pula perekrut yang sangat tergiur dengan “mulut manis” pelamar kerja. Tetapi dengan pengalaman yang minim/kurang, ada kalanya beberapa perusahaan mempertimbangkan pelamar kerja yang memiliki etos kerja yang baik.

Akhir Kata

Terlalu banyak artikel yang menjelaskan perihal cara HRD merekrut pekerja. Terus terang, tidak ada cara “terbaik” dalam melamar dan merekrut pekerjaan. Dan lagi, setiap organisasi memiliki kultur yang berbeda beda. Yang dapat kami berikan bukanlah sebuah jawaban, namun sebuah wawasan singkat terhadap apa yang sedang terjadi di dunia sekarang ini. Sisanya hanya dapat dilakukan oleh kalian, baik sebagai perekrut dan/atau yang melamar.

Semoga Berhasil!

*Apakah anda siap untuk mendapatkan melamar kembali?, Ayo cari pekerjaan idamanmu di Jobsrefer. Disini, kalian bisa mendapatkan pekerjaan terbaik yang kalian inginkan. Kalian juga dapat merekomendasikan pekerjaan ke teman, dan berpotensi mendapatkan uang saku tambahan.

*Seperti data sebelumnya, pekerja yang direkrut dengan sistem refensi memiliki kinerja yang lebih baik. Ayo rekrut pekerja – pekerja lepas untuk posisi terbaik di tim anda disini!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here